Selasa, 29 Juli 2008

Apa benar Sumiarsih CS yang tidak bernurani ? Letkol marinir Poerwanto Juga !

Fakta ini dapat Anda baca di harian Jawa Pos edisi 20-23 Juli 2008. Bila Anda tidak sempat membacanya, saya copy ini online dari halaman www.jawapos.com (bagian 3 dan 4 aja yah, udah cukup panjang, tapi udah inti cerita)
Bag 3: http://www.jawapos.com/halaman/index.php?act=detail&nid=13488Bag 4: http://www.jawapos.com/halaman/index.php?act=detail&nid=13652
Saya copy juga ke blog ini just in case JawaPos memindahkan archive file ini.
Kesimpulannya adalah: setan yang paling berbahaya memang adalah yang berwujud manusia. Ibarat ada asap ada api, karakter Purwanto yang munafik dan berkuasa menekan dan memeras Sumiarsih, ‘rekan bisnisnya’ yang ditikamnya sendiri dari belakang. Walhasil, orang yang kepepet pun ‘ketularan’ kesetanan.
Saya kira pada jaman Soeharto dulu wartawan akan berpikir dua ribu kali untuk menelanjangi kebenaran ini dan menghadapkannya kepada publik. Sekarang kita tahu, apa dan siapa itu Purwanto. Saya kira selain kebiadaban Sumiarsih mengeksekusi Purwanto tahun 1988 itu, Purwanto juga punya sisi kebiadaban tersendiri. Menyalahgunakan wewenang, jabatan, dan kekuasaan, suatu hal yang tidak pantas dilakukan seorang perwira, tapi terlalu amat sangat sering disalahgunakan terutama pada waktu itu.
Hukum Tuhan adalah hukum yang paling adil. Dulu semua manusia yang mengetahui cerita ini berpihak kepada kel. Purwanto. Kini Anda tahu, dan kita tentu sadar, Tuhan jauh lebih adil daripada kita semua dan Ia telah bertindak adil sejak awal cerita ini terjadi.
Hikmah dari kejadian ini adalah suatu tragedi sosial, seorang yang tidak punya keahlian kecuali menjual diri, membuka bisnis prostitusi, seorang oknum perwira mafia yang haus seks dan uang, pertemuan keduanya menghasilkan ini. Saking besarnya tragedi ini, yang satu dulu pantas dibunuh menurut yang satunya, dan yang satunya itu sekarang pantas dibunuh berdasarkan hukum, duh … padahal semua bermula dari ‘mencari makan tanpa keahlian.’
Semoga Tuhan mengampuni mereka semua. Semua yang diawali tidak baik sulit berakhir baik.
BAGIAN 3Berita Utama
[ Selasa, 22 Juli 2008 ]
Kisah Hidup ”Mami Rose” Sumiarsih Menuju Eksekusi Mati (3)
Terjebak Kongsi Wisma Bordil di Gang Dolly
Setelah sukses mengembangkan “karir” dan memupuk modal diJakarta, Sumiarsih memutuskan pulang ke kampung halaman. Bersama suamibaru, dia lalu membuka bisnis esek-esek di Surabaya. Berikut penuturanlangsung wanita itu kepada ITA SITI NASYIAH.

Denganuang yang rutin aku kirim dari Jakarta, rumah kami di desa yang duludari gedheg (anyaman bambu) dibangun dengan batu bata. Bahkan, rumahkami sudah jadi rumah gedong menyamai rumah Pak Lurah. Sugeng jugasudah bisa bersepeda. Empat adikku semuanya sudah mengenakan perhiasandi leher, jari, maupun tangan.
Pergaulan high class-ku(sebagai hostes) di Jakarta berimbas pada kehidupan pribadiku. Aku jadiemoh tinggal di desa terpencil, seperti Ploso. Agar terlihat sepertiorang kota, aku pun membeli rumah di kota Jombang. Tepatnya di JalanGajah Mada. Ini kulakukan agar adik-adikku tidak terlalu jauh jikapergi sekolah. Maklumlah, saat itu sekolah yang bagus hanya ada di kotakabupaten. Aku ingin adik-adik dan anakku bisa menikmati fasilitasterbaik.
Kepindahan kami ke kota seperti kampanye. Yangmengiring ratusan. Saking banyaknya yang ikut, untuk mengangkut mereka,orang tuaku menyewa truk.
Manisnya Jakarta terus kureguk.Ibarat minum air laut, aku selalu kehausan, demikian juga dengandiriku. Kian hari kian ketagihan. Aku lupa daratan. Norma-norma agamasudah kulanggar semua. Aku juga sudah terbiasa hidup tanpa ikatan.
Penghasilanku makin besar jika aku di-BL (booking luar).Saat itu, rasanya, uang itu tidak ada artinya. Sambil menimang uanggebokan, pikiran jelekku keluar. ”Kenapa tidak dulu-dulu sepertiini,” ucapku dalam hati. Hotel Indonesia -saat itu paling besar danpaling terkenal- jadi tempatku mangkal sehari-hari.
Aku pernahikut (di-BL) kunjungan kerja seorang menteri ke Batam selama seminggu.Pulangnya, uang yang diberikan bisa kupakai beli mobil (Suzuki) Carrybaru. Ya, hitung sendiri deh, berapa kira-kira.
Dampaklain dari profesiku itu, aku juga sudah keliling Indonesia. Apalagijika bukan mengikuti ”kunjungan” para pejabat. Ya, itung-itung,sambil kerja, aku juga bisa piknik gratis, gitulah.
Saatke Jakarta dan bekerja sebagai hostes, awalnya aku sudah bertekad tidakjatuh cinta kepada lelaki mana pun. Namun, Hasan Winarya, seorang priaberistri dan beranak, berhasil mencuri perhatianku. Ketelatenan dankelembutan pria keturunan China Lampung itu menjadikan hatiku terlena.Aku benar-benar mabuk oleh perhatiannya. Mungkin, perasaan itu tumbuhlantaran di Jakarta aku hidup sendiri.
(Dari Hasan Winarya,seorang pengusaha kontraktor ibu kota saat itu, Sumiarsih mendapathadiah rumah di kawasan Senayan, Jakarta. Dari hasil hubungan itu,lahir Rose Mey Wati, perempuan, anak kedua, yang saat berusia empatbulan dititipkan ke neneknya di Jombang).
***
Karenatak kunjung dinikahi dan terus didamprat dan iba dengan istri dananak-anak Hasan Winarya, Sumiarsih lalu memutus hubungan dengan Hasan.Dia lalu memutuskan kembali ke Jombang.
Di sisi lain, kembalinyaRose alias Sumiarsih ke Jombang menjadikan buah bibir tersendiri dikampung halamannya. Tak sedikit lelaki yang coba-coba mendekatinya.Maklum, Rose memang cantik. Di antara lelaki yang tertarik kepada Roseadalah Djais Adi Prayitno. Duda dua anak tersebut terang-teranganmengatakan ingin mempersunting dia.
”Nganpunten (maf) lho,Mas. Saya tidak ingin pacaran lagi. Malu. Sudah tua. Saya mencari calonsuami,” kata Rose kepada Prayit ketika lelaki itu menyampaikan isihatinya.
Sebaliknya, lelaki berkaca mata itu gembira denganketegasan Rose. ”Kalau Jeng Sih mau mencari suami, saya siap menikah.Kapan pun diminta,” ujarnya menimpali kalimat Rose.
Rosemengatakan sebetulnya masih mencintai Hasan Winarya, ayah Wati. Namun,Sumiarsih melihat Prayit sabar dan bertanggung jawab. Sadar bahwa diabutuh pendamping untuk menata hidupnya ke depan, Rose pun menerimapinangan Prayit -panggilan akrab Djais Adi Prayitno- untuk menikah.
Sumiarsihmemang tak punya keahlian selain pengalamannya menjadi hostes danmengelola salon plus (beberapa kapsternya juga wanita panggilan) diKebayoran Baru, Jakarta. Karena itu, setelah menikah dengan Prayit,keduanya memutuskan membuka binis esek-esek. Pilihannya jatuh ke Dolly,kawasan pelacuran terkenal di Surabaya.
Launching rumahbordil dua lantai Happy Home (HH) dilakukan pada awal 1975. Rumahberukuran 8 x 15 meter itu diharapkan jadi tumpuan hidup keluarga.Letaknya di gang Dolly bernomor 2B. Pada awal pembukaan HH, Mami Rose-panggilan akrabnya di Dolly, hanya menampung sepuluh orang pekerjaseks komersial (PSK). Tapi, yang membuat wisma HH jadi harum karena PSKdi sana masih sangat belia dan cantik-cantik. Usianya berkisar 15tahun.
Para PSK itu direkrut secara terang-terangan. Becermindari pengalaman hidup Sumiarsih, para remaja itu berasal dari kalangantidak mampu. Mereka ini adalah korban perdagangan wanita. ”Kowegelem gak melu ngladeni tamu nang omahku Suroboyo. Tugasnya ngancaningombe. Tapi, nek tamu ngajak turu, kowe yo kudu gelem. (Kamu mauikut menemani tamu di rumahku Surabaya? Tugasmu menemani minum. Tapi,kalau tamu minta dilayani tidur, kamu harus mau),” ujar Mami RoseSumiarsih kepada para calon PSK saat wawancara. Karena terdesak faktorekonomi, rata-rata gadis yang datang kepada Rose bersedia secara sukarela.
Para PSK yang dikaryakan kebanyakan janda muda denganberbagai problem. Ada yang ditinggal kawin suami, ada yang suamipengangguran, dan tidak sedikit wanita yang punya anak tanpa bapak.Tarif short time PSK di HH Rp 25 ribu. Dari jumlah itu, Mami Rose dapat 70 persen.
Berbedadengan para mucikari lain, setoran yang 70 persen itu diolah lagi olehMami Rose. Sebesar 50 persen masuk kantong pribadi, 10 persen biayamakan dan minum PSK, dan 10 persen untuk biaya kursus. Untuk yangterakhir itu, PSK biasanya sekolah modes di daerah Pasar Kembang yangtak jauh dari Gang Dolly.
”Kalian-kalian tidak boleh selamanyajadi balon (PSK). Di sini kamu semua harus mentas setelah tabunganmucukup,” kata Rose saat membrifing anak buahnya sebelum diterjunkan kelembah hitam.
Selain tamu dari kalangan biasa,Wisma HH kerapdidatangi lelaki dari kalangan tentara. Salah seorang di antara lelakiitu tidak lain adalah Letkol Marinir Purwanto. Bapak tiga anak itupunya jabatan prestisius: kepala Primer Koperasi Angkatan Laut(Primkopal) di Pangkalan Angkatan Laut, Ujung, Surabaya. Sepertipengunjung yang lain, Purwanto kerap bersenang-senang dengan anak buahSumiarsih.
Yang membuat Mami Rose girang, kehadiran Purwantodianggap sebagai ”pelindung”. Maklumlah, dunia hitam seperti iturentan berbagai kejahatan dan keributan.
Suatu hari, saatmenyambangi Wisma HH, Purwanto mengajak omong-omong serius Mami Rose.”Mi, kalau aku buka usaha (membuka rumah bordil di Dolly) sepertipunyamu, apa masih laku ya,” kata Purwanto seperti ditirukan Sumiarsih.
Pucuk dicita ulam tiba. Tawaran ini bersambut. Mami Rose mengakui ”penghuni” HH sudah overload.Sebelumnya, Rose berpikir ingin melebarkan sayap. Namun, untukmemperluas bangunan, tidak mungkin karena tanahnya terbatas. Maumembeli rumah baru, uangnya juga belum mencukupi. ”Kebetulan sekali,kalau Pak Pur mau bikin di sini,” kata Rose terus terang.
Berkatkongsi usaha dengan Puwanto itu, tepat pada ulang tahun kelima Wisma HH(1980), Mami Rose membuka “cabang” kedua. Kebetulan, ada wisma yangdijual pemiliknya karena bangkrut. Rumah itu bernomor 1A atau berjarakdua rumah dari Wisma HH. Oleh Mami Rose, rumah bordir baru itudiberi-nama Wisma Sumber Rejeki (SR).
Usai merayakan peresmianSR, Mami Rose, Prayit, dan Purwato -yang menjadi pengelola dan“pemegang saham”- terlibat diskusi serius. Yakni, mematangkan sistembagi hasil usaha barunya. ”Sebagai pemilik, aku minta kamu setor Rp 25juta per bulan. Tidak boleh telat. Gimana, Mi,” kenang Rose tentang kalimat Purwanto.
Sejenakberpikir, Mami Rose, yang kala itu mengenakan rok terusan warna hitambunga-bunga merah, mencoba menawar. ”Ya, jangan segitu toh, Pak Pur. Ini kan usaha baru. Anak-anaknya juga belum banyak. Kita juga belum tahu sambutan pasar,” kata Mami Rose coba berdalih.
Setelah melalui perdebatan sengit, mereka bertiga sepakat setor Rp 22juta per bulan. Setiap tahun, setoran selalu meningkat Rp 1 juta perbulan. Setiap keterlambatan Purwanto -yang sudah terbiasa mengelolausaha di koperasi itu- mengenakan denda. ”Nggih, Pak. Menawi ngaten, tiap tanggal 1 kita akan kirimkan uangnya ke Bapak,” kata Rose.
Banyaknyaanak buah (PSK) yang diasuh menjadikan masalah bagi Mami Rose. Terutamamasalah keuangan. Ada yang pinjam uang untuk biaya anak sakit, sekolah,modal untuk tanam padi desa, dan sebagainya. Jika tidak punya uang,Sumiarsih pinjam kepada teman kongsinya, Purwanto. Lambat laun, utangRose semakin berbukit. Apalagi, semua tidak sekadar pinjam, tapi adabunganya. Belum lagi jika terlambat membayar jatah setoran bulanan.“Ada denda 10-20 persen,” ujar Rose.
Suatu hari, Rose pernahmenyetor uang bagian Purwanto hingga Rp 40 juta. Padahal, sesuaiperjanjian, bagian Purwanto hanya Rp 25 juta. Sisa yang Rp 15 juta itumerupakan bunga keterlambatan dan cicilan utang. ”Pak Pur, mbok kalau bisa, saya diberi keringanan. Banyak anak-anak yang belum bisa bayar utang ke saya. Jadi, saya yang harus nombokidulu,” kata Rose coba menawar. Bukan kata-kata halus yang didapat.Wanita yang telah ikut membesarkan SR tersebut malah dibentak dengangebrakan meja. ”Gak iso. Iku harga mati. Koen lak wis janji. Ojok main-main karo aku lho, yo,” kata Pur.
Bukanitu saja. Purwanto juga kerap menakut-nakuti dengan pistol jika Rosedan Prayit sedikit mengulur setoran. Alasan perwira TNI-AL tersebutbermacam-macam. Satu di antaranya adalah Rose telah mempekerjakan PSKdi bawah umur. Pelanggaran seperti itu, jika diketahui polisi, bisamembawa Sumiarsih ke penjara. Lelaki yang dulu dianggap backing usahanya kini menjadi musuh dalam selimut. (el)
BAGIAN 4Berita Utama
[ Rabu, 23 Juli 2008 ]
Kisah Hidup ”Mami Rose” Sumiarsih Menuju Eksekusi Mati (4-Habis)
Bawa Dua Anak untuk Luluhkan Hati Purwanto
Terus terlilit beban setoran yang berat membuat Sumiarsihmerancang pembunuhan terhadap Letkol Purwanto. Berikut penutup tulisanyang diambil dari buku Mami Rose yang ditulis ITA SITI NASYIAH.
—-
MENGELOLAdua rumah bordil sekaligus, Happy Home dan Sumber Rejeki, nama MamiRose cukup kondang di lokalisasi Gang Dolly. Kalau sedang mujur,semalam satu wisma bisa memberikan laba bersih Rp 2 juta. Di ataskertas, kalau bisnis berjalan normal, sebulan Sumiarsih dari dua wismabisa mengumpulkan Rp 120 juta. Itu angka yang fantastik untuk ukuranusaha pada 1980-an.
Di kalangan pria hidung belang, wismamilik Mami Rose itu cukup atraktif. Wanita itu kerap mendatangkanpenyanyi-penyanyi dangdut dengan pengiring musik live di malam hari. Dia juga mempekerjakan bartender khusus yang harus hafal minuman masing-masing pelanggan.
Namun,usaha prostitusi seperti itu tetaplah rentan. Gangguan yang sepele sajabisa mengganggu jalannya usaha. Padahal, khusus untuk Wisma SumberRejeki, hasil kongsi Mami Rose dengan Letkol Purwanto, dia punyakewajiban setor Rp 22 juta per bulan.
Suatu kali, dua wismaitu sepi selama seminggu. Itu terjadi karena ada operasi oleh PolresSurabaya Selatan terhadap laporan penculikan anak di bawah umur. Adatengara, gadis berusia 12 tahun itu dijual di Gang Dolly. Setelahdigerebek, anak itu ditemukan di sebuah wisma di sana. Akibatnya,transaksi seks di Gang Dolly menurun drastis.
”Piye yo, Pak, cara ngadepi Pak Pur. Mbok sampean toh sing mrono (BagaimanaPak cara menghadapi Pak Purwanto. Bapak saja yang menghadap ke dia),”kata Mami Rose kepada suaminya, Djais Adi Prayitno (Prayit). Mendengarkeluhan itu, Prayit malah menasihati agar Sumiarsih sendiri yangmenghadap. Siapa tahu, kalau wanita yang menghadap, hati Purwanto luluh.
Dengandiantar pakai mobil Suzuki Carry oleh anak tirinya (anak Prayit), Nano,dia berangkat ke rumah Purwanto di Jalan Dukuh Kupang Timur, Surabaya.Setelah Mami Roses menyampaikan permohonan keringanan akibat wisma yangsedang sepi itu, Purwanto menanggapi dengan tegas.
”Bah sepi. Bah rame. Nek awakmu nyetor telat, yo kudu mbungai. Titik! Wis, kono muliho. Ngganggu ae.(Biar sepi. Biar ramai. Kalau kamu setor terlambat, ya harus bayarbunga. Titik. Sudah, pulang sana. Mengganggu saja),” jawab Purwanto.
Sumiarsihpulang dengan air mata menggenang. Mami Rose bersyukur Nano yangmenunggu di luar tidak tahu bahwa di dalam tadi perwira marinir yangmasih aktif itu memarahinya habis-habisan.
Pada kali lain, saatliburan Ramadan, Sumiarsih sedang bahagia karena kedua anaknya, Watidan Sugeng, yang selama ini sekolah dan tinggal di rumah Jombangbersama nenek, liburan ke rumah keluarga Sumiarsih di Jalan KupangGunung Timur I/41, Surabaya.
Anak-anak Mami Rose itu pundiajak keliling kota seperti ke Toko Siola, Toko Nam, Taman HiburanRakyat (THR), dan kebun binatang. Namun, pada saat bersamaan, Mami Rosebingung karena usaha rumah bordilnya sedang sepi. Saat waktu membayarsetoran tiba, uang yang tersedia hanya Rp 20 juta.
Saat merekamau membayar setoran itu, anak-anak itu pun diajak ke rumah Purwanto.Harapan Sumiarsih, dengan mengajak anak-anak, kemarahan Purwanto bisaredam. ”Mugo-mugo ae Pak Pur gak ngamuk nek awak e dhewe teko bareng-bareng yo, Pak,” kata Rose kepada Prayit sebelum mereka berangkat.
KiatMami Rose jitu. Melihat rombongan yang dikuti Wati dan Sugeng itu,Purwanto lebih lunak saat Mami Rose mau menyampaikan setoran yang hanyaRp 20 juta. ”Yo, wis, kurang piro. Gowoen ae disik nek ngono. Tapi, tolong, tanggal 15 kudu onok sak bungae lho yo (Ya, sudah, uangnya dibawa dulu. Tapi, tolong, tanggal 15 harus dibayar bersama bunganya),” katanya.
Sambilberkata demikian, Purwanto tak henti-henti memandangi Wati. Entah apayang ada di dalam benaknya. Setelah itu, rombongan kecil itu meneruskanperjalanan menuju THR di Jalan Kusuma Bangsa.
Besok malamnya,sekitar pukul 20.30, Purwanto mengenakan jaket doreng berkunjung keWisma Sumber Rejeki, bersama tiga anak buahnya. Dia duduk di tengahpara PSK yang sedang mejeng di ruang tamu atau akrab dikenal sebagai”akuarium”. Dia minum sampai mabuk.
Pukul 23.30, Rose mendapati Purwanto keluar kamar. Dari mulutnya menyembur aroma alkohol. ”Sugeng dalu, Pak (Selamat malam, Pak),” sapa Mami Rose berbasa-basi. ”He’eh,” jawab Pur. Pur lalu bertanya soal setoran yang diantarkan kemarin.
”Sepertiyang saya sampaikan kemarin, masih ada Rp 20 juta. Kurang Rp 5 juta.Tapi, malam ini tadi ada pemasukan Rp 1 juta,” kata Mami Rose.Purwanto mendengarkan sambil berbaring di tempat tidur.
Sumiarsihmelirik Purwanto yang berada tidak jauh dari tempat duduknya. Heran,kali ini bapak tiga anak itu terlihat lebih sabar. Saat Purwantomengelurkan sebatang rokok, wanita itu pun membantu menyulut dari korekapi miliknya. ”Ora usah kok pikirke kekuranganne, Rose. Tapi, anakmu Wati kekno aku (Tidak usah kamu pikirakan kekurangannya. Tapi, anakmu Wati kasihkan aku),” katanya enteng.
Mendengar itu, tubuh Rose gemetar. Kakinya mendadak lemes. Seorang bodyguard wisma Sumber Rejeki, Bambang, yang kebetulan melintas heran mengetahui bosnya memegangi kepala. ”Ada apa, Mi, kokpucat,” tanya Bambang. Tanpa diminta, pria bertubuh kekar itumembopong Mami Rose ke kamar nomor 6 yang malam itu tidak dipakaipelanggan.
(Sejak peristiwa itu, Sumiarsih mengaku terusberusaha menyelamatkan Wati yang berwajah ayu dari Purwanto. Pada 1986,Wati menikah dengan Serda (Brigadir Polisi Dua) Adi Saputro. Namun,Purwanto tak berhenti mengejar Wati. Faktor itulah yang menyebabkan AdiSaputro sangat sakit hati).
Delapan tahun lebih kongsiPurwanto-Sumiarsih di Wisma Sumber Rejeki itu adalah saat-saat yangberat bagi Sumiarsih. Wanita itu sering defisit karena Purwanto selalumeminta setoran tetap dengan nilai yang terus naik tiap tahun. Bahkan,keterlambatan pembayaran pun dikenai penalti bunga.
Puncakkesulitan itu terjadi pada Agustus 1988. Saat itu, setoran bulanansudah menjadi Rp 30 juta. Angka itu belum memperhitungkan bunga karenasudah melebih tanggal 1. Purwanto memberikan deadline tanggal 15. Sumiarsih tidak kuat lagi. Suatu hari Sumiarsih mengungkapkan rencana jahat kepada Prayit: membunuh Purwanto.
SemulaPrayit tidak setuju. Tapi, setelah dimintai pendapatnya langkah apayang tepat untuk menghindari teror Purwanto, Prayit tak punya pilihan.Lelaki itu pasrah dan menyetujui ide Sumiarsih. Malam itu pula, pukul19.30 WIB, Mami Rose lantas memanggil kemenakan Prayit, Daim, di meja bartender. Lelaki muda itu dipekerjakan di wisma sebagai pengawas keuangan.
Setelah berada di dalam kamar, Rose meminta tolong agar Daim ikut membantu membunuh Purwanto. ”Kowe lak ya, lara ati ta, Im (Kamu juga sakit hati kan, Im). Yok apa nek(Bagaimana kalau) Pak Pur kita bunuh saja bersama-sama,” pinta Rosekepada Daim di dalam kamar. Daim sepakat dengan usul Sumiarsih. Sebab,Daim sendiri mengaku beberapa kali dipopor pistol hinggaberdarah-darah.
Namun, sebelum keluar kamar, Prayit kepadaDaim mengatakan agar minta bantuan Nano, anak Prayit dari istriterdahulu, yang tinggal di Putat Jaya Tembusan, Surabaya. ”Janganbertindak sendiri-sendiri, tunggu perintah kita selanjutnya, ya,” kata Prayit lagi. Daim manggut-manggut tanda mengerti.
Pada12 Agustus 1988, bertempat di Jalan Kupang Gunung Timur I/2B, Surabaya,rumah Sumiarsih yang lain, mereka berkumpul menyusun strategipembunuhan. Saat rapat itu, Rose juga memanggil menantunya, AdiPrayitno, yang sedang berada di Surabaya karena urusan dinas. Rapatkecil itu menyepakati menghabisi Purwanto dengan dipukul alu besi.
”Hati-hati, lho.Pak Pur itu tentara. Kuat. Jadi, harus membawa senjata sendiri-sendiri.Kita keroyok ramai-ramai. Kalau tidak, kita yang mati. Dia punya pistoldan juga bisa karate,” kata Prayit.
Tak seperti yang ditakutkanPrayit. Saat eksekusi pembunuhan terhadap Purwanto (dan empat anggotakeluarga yang lain) dilaksanakan di rumah Purwanto, siang hingga sorepada 13 Agustus 1988, hampir tidak ada perlawanan berarti. Para korban,termasuk yang tak berkaitan dengan kongsi rumah bordil, seperti istridan anak-anak Purwanto, mereka bunuh dengan cara yang sadis.
Watisendiri tidak menyangka bahwa sang ibu yang dianggap sebagai otakpembunuhan itu berbuat demikian nekat. Sejak Sumiarsih dan kakaknya,Sugeng, dieksekusi mati menyusul suaminya (Adi Saputro) yang terlebihdahulu menghadapi regu tembak, Wati kini hidup sebatang kara. ”Sayatidak mengira ibu tega berbuat itu. Sebab, yang saya tahu, ibu ituberhati lembut,” katanya. (el)

Kamis, 19 Juni 2008

Djoko Gagal Ubah Air Jadi Energi


Kamis, 19 Juni 2008 13:12 WIB
Laporan wartawan Kompas Runik Sri Astuti
NGANJUK, KAMIS - Djoko Suprapto, pria yang mengklaim diri sebagai penemu blue energy, ternyata tidak bisa membuktikan sesumbarnya yang mampu mengubah air menjadi bahan bakar minyak. Dari tiga alat penemuannya yang diperagakan, tidak ada satupun yang mampu merubah air jadi bahan bakar secara langsung. Joko ternyata hanya bisa menjiplak penemuan Joko Sutrisno asal Yogyakarta yang sudah dipublikasikan secara luas.
Penemuan itu adalah penghematan penggunaan bahan bakar minyak dengan cara dicampur air. Sebelumnya air ini diberi katalisator seperti disuling yang bisa memisahkan unsur hidrogen dari air. Hidrogen inilah yang dicampurkan ke dalam bahan bakar minyak. Segala jenis BBM bisa dicampur hidrogen.
Pada Kamis (19/6) pagi di Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Djoko Suprapto memperagakan tiga liter solar dicampur tujuh liter air yang disuling dan diambil uapnya. Uap inilah yang dicampurkan ke solar lalu dialirkan ke generator dan dipakai untuk menyalakan genset.
Genset menyala selama 30 menit kemudian mati karena mesin terlalu panas. Uji coba yang sama dilakukan pada mesin mobil yang sudah dicopot dari rangkanya. Bahan bakar yang digunakan adalah bensin. Dengan komposisi perbandingan yang sama, mesin mobil menyala.
Alat ketiga yang diperagakan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Mandiri. Pembangkit ini diklaim mampu menghasilkan 10.000 watt dari tegangan 9 volt. Tidak ada penjelasan mengenai bahan bakar pembangkit. Pada peragaan alat yang pertama sampai alat yang ketiga, tidak ada penjelasan teknis. Juru bicara Joko Suprapto, Catur Suryadi, juga tidak bisa memberikan penjelasan ilmiah. Bahkan saat ditagih mana alat yang bisa mengubah air menjadi bahan bakar, ia bilang masih dalam proses pembuatan.

Senin, 16 Juni 2008

TEKNOKRAT SAMPAI PRESIDEN DITIPU HABIS

Djoko Suprapto ahli dan penemu Blue-Energy menghilang dari Cikeas. Yang dimaksud dengan teknologi Blue Energy adalah teknologi yang bisa menggunakan air untuk bahan bakar motor yang bisa menggantikan bensin dan solar untuk menggunaan di motor bakar. Penemunya adalah Djoko Suprapto seorang sarjana elektro Universitas Gajah Mada jurusan otomotif dan listrik. Djoko merupakan bagian tim inovator GIB (Gerakan Indonesia Bersatu). Dan sekjen organisasi ini adalah Heru Lelono yang juga staf khusus presiden. Blue Energy katanya ini sudah pada tahap uji coba lapangan. Paling tidak sudah dicobakan pada mesin mobil. Pada bulan November 2007, presiden Susilo B. Yudhoyono melepas mobil berbahan bakar air pergi ke Bali.Banyak aspek teknis dan sains yang membuat saya skeptis tentang Blue Energy ini. Jadi saya tidak heran kalau Heru Lelono enggan menyebut berapa dan dari mana asal dana riset Blue Energy ini ketika ditanya wartawan. Saya punya dalil empiris: “Ada penipu kecil, penipu ulung, politikus dan Cut Zahara Fonna”. Saya akan jelaskan arti dalil empiris ini.Sepanjang sejarah politikus biasanya menjanjikan sesuatu yang biasanya tidak ditepati. Untuk janji-janji itu, mereka digaji, disanjung-sanjung dan dijadikan pahlawan. Sukarno berkata bahwa kemerdekaan adalah jembatan emas menuju masyarakat adil dan makmur. Pada akhir pemerintahannya, uang Rp 2000 tahun 1964 yang bisa untuk hidup 2 hari satu keluarga kemudian menjadi seharga 1 bungkus kwaci pada tahun 1966. Terjadi pemiskinan umum.Pada awal masa Orde Baru, salah satu perjuangan Orde Baru angkatan 66 adalah “turunkan harga” (salah satu dari 3 tuntutan rakyat – tritura). Selama pemerintahan Orde Baru banyak mentri-mentri yang berasal dari angkatan 66, pejuang tritura seperti Akbar Tanjung dan Kosmas Batubara. Tarif bus tahun 1968 adalah Rp 15. Dan ketika Orde Baru tumbang, tarif bus sudah Rp 1000. Tidak hanya itu. Orde Baru, Suharto, menjanjikan pembangunan agar ekonomi Indonesia lepas landas. Tetapi pada akhir Orde Baru ekonomi malah nyungsep. Nilai riil tabungan anak bangsa menguap dan tinggal 25% nya saja yang tersisa.Dengan ujung tombaknya Amien Rais, masa reformasi, menjanjikan kemakmuran dan pemberantasan kolusi, korupsi dan nepotisme lewat demokrasi, desentralisasi dan pembaharuan lainnya. Amin Rais menjadi ketua MPR, tentunya bisa berbuat banyak dengan kekuasaannya itu. Kenyataannya, sampai 10 tahun Indonesia bukannya makin makmur tetapi makin sengsara dan korupsi menjalar sampai ke daerah.Itu adalah bagian politikusnya. Walau politikus ditempatkan lebih tinggi dari penipu ulung, bukan berarti tidak ada yang lebih jago dari mereka, yaitu penipu sekaliber Cut Zahara Fonna. Sepanjang era, selalu ada penipu politikus. Pada tahun 1950an (tepatnya saya tidak ingat) pada jaman Orde Lama, Sukarno, ada raja Idrus dan ratu Markonah. Raja Idrus dan permaisuri ratu Markonah dari Kalimantan mengaku perlu bantuan dan bermuhibah dari satu daerah ke daerah lain untuk meminta bantuan finansial dari orang kaya dan pejabat tempatan. Presiden Sukarno juga terkesan dan mengundang mereka ke istana. Ternyata raja Idrus adalah badut penipu. Dan ratu Markonah adalah pelacur dari Tegal.Cut Zahara Fonna adalah penipu kaliber nasional yang paling menarik, karena pelaku-pelaku sejarahnya berakhir dengan nasib berbeda-beda. Cut Zahara Fonna, pada awal tahun 1970an, muncul sebagai wanita yang mengandung bayi ajaib, yang bisa mengaji dan azan. Dia dan suaminya berkeliling Indonesia, berjumpa dengan pejabat-pejabat kabinet dan pejabat negara lainnya. Wakil presiden Adam Malik sempat menemuinya. Fotonya terpampang di surat kabar sedang melekatkan telinganya ke perut Cut Zahara Fonna. Popularitas Cut Zahara Fonna didukung oleh pers, terutama satu surat kabar Pos Kota yang dipimpin oleh Harmoko. Surat kabar ini setiap hari memberitakan kegiatan Cut Zahara Fonna bak selebriti sekarang. Tidak hanya Cut Zahara Fonna, surat kabar itu menjadi populer dan menjadi salah satu surat kabar beroplah terbesar di Indonesia.Sayangnya tidak semua orang percaya. Salah satunya adalah Kapolda Kalimantan Selatan, Brigjen (pol) Swasono Abdul Hamid. Dia skeptis. Bayi dalam kandungan tidak bisa berbicara karena berbicara dalam air (ketuban) tidak mungkin. Lagi pula untuk berbicara perlu udara sebagai media penggetar tali suara. Brigjen Swasono kemudian mempersiapkan jebakan bagi Cut Zahara Fonna yang hendak berkunjung ke Banjarmasin. Ketika Cut Zahara Fonna beraksi, maka dia ditangkap dan digeledah. Sebuah tape recorder mini ditemukan di selangkangannya. (Tape recorder mini pada waktu itu merupakan barang baru dan langka di Indonesia). Dengan demikian tamatlah petualanganan Cut Zahara Fonna dan bayi ajaibnya selama 1 tahun lebih sedikit.Nasib Cut Zahara Fonna kemudian tidak banyak yang tahu. Harian Pos Kota tidak memberitakannya lagi. Brigjen Swasono Abdul Hamid dipensiun-dinikan (mungkin karena mempermalukan para pejabat tinggi negara dengan membongkar penipuan Cut Zahara Fonna). Tidak lama kemudian Brigjen Swasono Abdul Hamid meninggal pada usia 52 tahun karena keracunan. Dia meninggalkan harta kepada keluarganya berupa sebuah rumah kecil (3 kamar) di dekat pasar Cipete. Sedangkan pimpinan harian Pos Kota dikemudian hari menjadi mentri penerangan Orde Baru yang cukup lama.Pada jaman reformasi, tahun 2002 mentri agama Said Agil Husni al Munawar, termakan oleh tipuan berbau klenik, tentang adanya harta karun di situs bersejarah Batu Tulis Bogor. Atas perintah Agil, dilakukan penggalian di sekitar situs. Penggalian, katanya dihentikan karena banyak tekanan dari masyarakat yang tidak percaya.Masih ingat dalam benak kita tahu 2003 soal QSAR (Qurnia Subur Alam Raya)nya Ramli Araby, yang berhasil menggaet politikus-politikus seperti Hamzah Haz dan Tosari Wijaya? Partai Persatuan Pembangunan turut menanamkan uang Rp 6.5 milyar. Amien Rais dan Megawati (ketua MPR dan Presiden waktu itu) kabarnya sempat berkunjung ke QSAR.Penipuan berlatar belakang teknologi dan sains jarang, karena masyarakat sains rasionil sukar ditipu. Tetapi bukan tidak pernah ada. Pada bulan Maret tahun 1990 Dr. Stanley Pons and Dr. Martin Fleischmann dari University of Southampton di England, mengaku berhasil membuat reaksi nuklir fisi pada kondisi ruangan yang disebut cold fision. Reaksi fisi adalah reaksi nuklir penggabungkan dua atom hidrogen-berat menjadi helium dan energi.Reaksi seperti inilah yang membuat matahari bersinar atau bom hidrogen meledak. Selama ini reaksi fisi (penggabungan) hidrogen berat tidak bisa dikontrol dan harus pada kondisi tekanan dan temperatur tinggi. Cold fision masih menjadi impian sampai sekarang. Kalau reaksi cold fision ini bisa direalisasikan maka reaktor pembangkit tenaga nuklir bisa sangat murah. Bahkan energi bisa menjadi sangat murah, karena bahan bakunya air dan modal pembangunan reaktor pembangkitnya rendah. Ternyata klaim ini adalah tipuan saja. Untuk bisa berlangsungnya suatu reaksi nuklir penggabungan inti atom diperlukan energi yang besar pada kondisi tekanan dan temperatur tinggi. Bukan sekedar suhu ruangan. Oleh sebab itu sampai saat ini percobaan Pons dan Fleischmann tidak bisa diduplikasi (diulang kembali), karena merupakan tipuan.Dalam sains dan engineering, ada beberapa topik yang sering dijadikan dagelan ilmuwan. Intinya ialah impian indah berdasarkan idealisasi teori ilmu alam yang pada kenyataanya tidak bisa dicapai. Bahan dagelan ini antara lain perpetual motion engine (mesin yang bisa bergerak terus tanpa perlu tambahan energi), alat anti gravitasi, mesin waktu, dan mesin berbahan bakar air. Perpetual motion engine adalah applikasi hukum Newton yang berbunyi: “Suatu benda yang bergerak akan terus bergerak sampai ada gaya yang melawannya”. Tentu saja hal ini hanya berlaku pada kondisi ideal tanpa gesekan. Sekali mesin bergerak, maka selamanya akan bergerak tanpa perlu diberi tambahan energi. Tentu saja ini adalah impian kosong, karena gesekan adalah fenomena alam di tempat non-vakum.Alat anti gravitasi adalah bentuk impian kosong lainnya. Gravitasi adalah fenomena alam yang sangat dasar. Mesin waktu juga masuk kategori dagelan, karena adanya mesin waktu berpotesi menciptakan kontradiksi keberadaan, yang bertentangan dengan hukum logika.Mesin berbahan bakar air sudah menjadi impian (kosong) dan dagelan ilmuwan sejak lama, karena jumlah air yang melimpah. Tentu saja orang ingin agar air yang murah dan melimpah ini bisa dijadikan bahan bakar. Djoko Suprapto bukan orang pertama. Pons dan Fleischmann sudah mendahuluinya 18 tahun lalu.Blue Energy, mesin berbahan bakar air (BBA) adalah omong kosong, tipuan. Untuk mengetahui Blue Energy adalah tipuan hanya diperlukan pelajaran thermodinamika universitas tingkat 1. Bahkan di sekolah menengah atas pun sudah diajarkan di kelas 3, tergantung dimana sekolahnya. Hukum Hess mengatakan bahwa dalam suatu reaksi kimia perubahan entalpi (bahasa canggihnya untuk energi) hanya bergantung pada selisih entalpi bahan awalnya dengan entalpi produknya bukan jalannya. Energi tidak bisa diciptakan atau dimusnahkan. Kalau air sebagai bahan bakar awalnya dan air juga sebagai produk akhirnya, maka tidak tidak akan ada energi yang dihasilkan, walaupun direaksikan berkali-kali, berputar-putar sampai jutaan tahap dengan katalis apapun.Pada suhu ruangan air H2O mempunyai tingkat energi kimia yang rendah. Ini yang menjadikan air sangat stabil. Setiap reaksi yang menghasilkan energi yang melibatkan hidrogen dan oksigen, hasil akhirnya adalah air. Misalnya hasil pembakaran minyak (hidrokarbon), CnH2n+2 + O2 (hydrokabon alkana misalnya) akan menghasilkan CO2 (karbon dioksida) dan H2O (air).2CnH2n+2 + (3n+1) O2 ----> 2n CO2 + 2( n+1) H2O + energiSecara kimia air sulit/tidak bisa lagi diperas energinya lagi. Oleh sebab itu saya akan bertanya kepada Djoko Suprapto, produk kimia apa yang dihasilkan oleh reaksi kimia air untuk menghasilkan energi dalam mesinnya itu?n H2O + m O2 ---> y HxOz + energiApa itu HxOz yang tentunya harus mempunyai tingkat energi (entalpi) yang lebih rendah dari air dan oksigen. Saya yakin Djoko tidak bisa menjawab.Kasihan pak Presiden sudah tertipu, kemana staf dan penasehat ahlinya? Lulus Termodinamika SMA IPA nggak?

Senin, 09 Juni 2008

Munarman Belum Ditahan

TEMPO Interaktif, Jakarta:Kepolisian Daerah Metro Jaya belum menahan tersangka kasus insiden Monas, Munarman. Panglima Komando Laskar Islam itu saat ini masih menjalani pemeriksaan di Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro. “Kami akan lihat bagaimana keputusannya nanti dalam 1x24 jam,” ujar anggota tim pengacara Munarman, Syamsul Bachri Radjam ketika dihubungi (10/6).Rencananya, kata Syamsul, pagi ini pihak kepolisian akan kembali melakukan pemeriksaan lanjutan terhadap Munarman. Dalam pemeriksaan tadi malam polisi melayangkan 29 pertanyaan terkait insiden yang menciderai puluhan anggota Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan ketika tengah berdemontrasi di Monas. Polisi juga sudah menetapkan Munarman sebagai tersangka atas tuduhan pasal 160 (penghinaan), 170 (pengroyokan), dan 351 junto pasal 55 (turut serta dalam penganiayaan). Syamsul menerangkan, pemeriksaan yang berlangsung selama sekitar enam jam itu, baru selesai sekitar pukul 02.00 WIB. Kepada polisi, kata dia, Munarman mengaku bertanggung jawab penuh atas insiden Monas. Tapi, Munarman mengajukan syarat yang meminta pihak kepolisian membebaskan seluruh anggota Front Pembela Islam yang telah ditahan sebelumnya. Munarman menyerahkan diri ke Markas Dirkrimum Polda Metro sekitar pukul 19.50 WIB setelah ditetapkan menjadi buron dalam kasusu insiden Monas selama hampir satu Minggu. Syamsul menerangkan, keputusan Munarman untuk menyerahkan diri ia ketahui sekitar satu jam sebelum mendatangi Markas Polda Metro dengan menggunakan Taksi. Kendati demikian, ia tidak bisa menjelaskan di mana tempat persembunyian Munarman. “Katanya masih di sekitar Jakarta,” kata sepupu Munarman yang juga pernah menjabat sebagai Direktur Advokasi Lembaga Bantuan Hukum Indonesia pada masa kepemimpinan Munarman itu. Syamsul membenarkan bila keputusan Munarman untuk menyerahkan diri terkait dengan Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri tentang Ahmadiyah yang diterbitkan kemarin. Meski petikan keputusan tersebut tidak sejalan dengan tuntutan Munarman (yang meminta pembubaran), keputusan itu ia nilai hal yang terbaik yang bisa dilakukan pemerintah.

MUI Minta Ahmadiyah Dibubarkan


Jakarta, 9 Juni 2008 19:16Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) menegaskan bahwa seharusnya Pemerintah bisa bersikap lebih tegas, seperti apa yang difatwakan MUI bahwa Ahmadiyah sesat."Kami tetap meminta agar Pemerintah membubarkan dan melarang Ahmadiyah di Indonesia. Ini (SKB --red) belum bisa menyelesaikan masalah," kata KH Cholil Ridwan di Jakarta, Senin, terkait dengan keluarnya SKB yang dinilai banyak pihak terbitnya sangat lambat.Pihaknya telah menduga bahwa bunyi SKB tidak menyebutkan melarang dan membubarkan Ahmadiyah. "Kami sudah duga sebelumnya, bahwa memang SKB itu akan demikian bunyinya," kata Cholil Ridwan."Yang penting sekarang Pemerintah harus konsekuen bahwa aparat dan Pemerintah harus melakukan pengawasan sampai ke pelosok-pelosok. Ini juga sebetulnya jadi pekerjaan rumah buat kita. Memang kalau harus begini caranya, ya kita jalankan saja. Mungkin memang harus ada pelanggaran dulu oleh Ahmadiyah," kata Cholil Ridwan.Ia mencontohkan, di Mekah Ahmadiyah dikatakan sebagai kafir dan mereka dilarang untuk memasuki kota Mekah. "Di Pakistan sendiri juga dilarang dan mereka hidup sebagai sebuah aliran di luar agama Islam," kata Cholil Ridwan.Ditambahkannya, seharusnya Pemerintah hanya memberikan dua pilihan saja pada Ahmadiyah. "Mereka tobat dan kembali kepada ajaran Islam yang khaffah. Atau membikin aliran agama sendiri di luar Islam seperti di Pakistan," kata KH. Cholil Ridwan.Pemerintah, melalui proses yang cukup lama, akhirnya mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) terkait keberadaan Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI).Melalui Menteri Agama (Menag) M. Maftuh Basyuni mengatakan penyimpangan nyata yang dilakukan oleh jemaat Ahmadiyah adalah mengakui adanya nabi setelah Nabi Muhammad dan ajaran-ajaran tercantum dalam kitab Tazkirah.Dengan ketentuan itu, maka Pemerintah melalui SKB tiga menteri mengeluarkan peringatan dan perintah kepada Ahmadiyah untuk menghentikan kegiatannya."Sepanjang dia mengakui sebagai Islam, dia harus melaksanakan kepercayaan yang dianut umat Islam mayoritas, antara lain, tidak boleh lagi mengakui ada Nabi dan ajaran-ajaran sesudah Nabi Muhammad SAW. Jika tidak mengindahkan perintah dan peringatan ini dapat dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan," kata Menag.Selain dengan keyakinannya terbukti menyimpang dari ajaran Islam, Menag mengatakan jemaat Ahmadiyah harus menjalankan ibadahnya sesuai dengan ajaran Islam yang benar.Mengenai sanksi yang akan dijatuhkan, bukan hanya ditujukan kepada jemaat Ahmadiyah saja, tetapi juga warga yang mengambil tindakan sendiri kepada jemaat Ahmadiyah yang masih menjalankan kegiatannya.Sementara Jaksa Agung Hendarman Supandji mengatakan sesuai dengan UU No.1/PNPS/1965 bentuk SKB itu merupakan peringatan dan perintah, diperingati dan diperintahkan kepada anggota dan pengurus jemaat Ahmadiyah untuk menghentikan apabila tidak mengindahkan perintah akan dikenai sanksi."Mereka akan dikenai pasal 156A KUHP yaitu penodaan terhadap agama, karena telah menodai suatu agama. Bagi mereka yang tidak menjaga dan memelihara kerukunan umat beragama, yang melakukan kekerasan terhadap Ahmadiyah itu bisa digunakan pasal 156 KUHP yaitu menyebarkan kebencian terhadap golongan tertentu. Jadi yang satu menodai agama 156A, yang menyebarkan kebencian 156," katanya.Sedangkan yang melakukan kekerasan di depan umum, lanjut Hendarman, bisa terkena pasal 170 KUHP dengan ancaman penjara maksimal lima tahun."Kalau menyebabkan luka enam tahun, kalau luka berat tujuh tahun. Kalau melanggar ketertiban ormas itu

Kamis, 05 Juni 2008

MUI Desak Pemerintah Segera Keluarkan SKB Ahmadiyah


Jakarta, 5 Juni 2008 15:52Ketidaktegasan pemerintah dalam menyelesaikan kasus Jemaah Ahmadiyah dinilai telah memicu konflik horizontal dalam masyarakat. Karena itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Forum Ukhuwah Islamiyah mendesak Pemerintah segera menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) terkait masalah itu."MUI dan Forum Ukhuwah Islamiyah mendesak Pemerintah untuk segera mengeluarkan SKB tentang Ahmadiyah sebagai suatu langkah arif sesuai dengan koridor hukum, sebagai penawar emosi masyarakat, khususnya umat Islam," demikian pernyataan resmi MUI dan Forum Ukhuwah Islamiyah yang dibacakan Sekretaris MUI Anwar Abbas di Jakarta, Kamis (5/6).Desakan itu, menurut Abbas, disampaikan karena menurut pendapat MUI dan Forum Ukhuwah Islamiyah, akar permasalahan dari berbagai konflik dalam masyarakat akhir-akhir ini, termasuk insiden di lapangan Monumen Nasional (Monas) Jakarta, adalah penundaan pengeluaran SKB tentang Ahmadiyah.Penundaan pengeluaran SKB tersebut, menurut MUI dan Forum Ukhuwah Islamiyah menimbulkan situasi tidak menentu yang dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk melakukan propaganda pembelaan Ahmadiyah serta kemudian menyulut api permusuhan di tengah-tengah masyarakat yang sedang didera berbagai beban sosial ekonomi berat."MUI dan Forum Ukhuwah Islamiyah menyerukan agar umat Islam merapatkan `shaf`, menyatukan sikap dan tindakan dalam menghadapi situasi pelik ini dan tidak terpancing untuk diadu domba sesama umat," kata Abbas yang pada kesempatan itu didampingi Ketua MUI Amidhan dan beberapa tokoh organisasi massa Islam yang tergabung dalam Forum Ukhuwah Islamiyah.Ia menambahkan, MUI dan Forum Ukhuwah Islamiyah juga menolak perilaku provokasi dan adu domba antar-warga yang jauh dari kemuliaan budi dan sikap berkeadaban.Gabungan organisasi-organisasi massa Islam tersebut juga meminta pihak-pihak di luar Islam tidak melibatkan diri dalam pro-kontra penodaan agama Islam."Kami juga menolak intervensi elemen-elemen asing, basik secara langsung atau tidak langsung, dalam kehidupan kebangsaan Indonesia dan tidak memberikan dukungan kepada gerakan-gerakan penodaan dan liberalisasi ajaran Islam," kata Abbas.Pemerintah, menurut Menteri Sekretaris Negara Hatta Radjasa, hingga kini belum bisa memastikan kapan SKB antara Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, dan Jaksa Agung tentang Ahmadiyah diterbitkan.Kepada pers di sela-sela rapat kerja dengan Panitia Khusus RUU Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden di Gedung DPR, Hatta mengatakan masalah penerbitan SKB itu bukan soal cepat atau lambat namun lebih ke masalah substansi.Selain itu, menurut dia, SKB itu juga belum bisa diterbitkan karena Menteri Agama Maftuh Basyuni saat ini masih berada di Mekkah, Arab Saudi. [TMA, Ant]

Cara Mittal Menguasai Metal


Hingga kini, semua juragan besi tua di Surabaya, umumnya orang Madura, mengenal Lakshmi Narayan Mittal, 65 tahun. Pabrik bajanya, Ispat Indo di Desa Kedungturi, Sepanjang, Sidoarjo, Jawa Timur, adalah terminal akhir bagi para pengepul lokal di Jawa Timur itu. Bagi mereka, Mittal adalah partner sejati yang sepanjang 30 tahun telah membangun kepercayaan imbal balik. Kepiawaian Mittal dan orang Madura dalam bisnis besi tua membentuk kombinasi yang klop. Tanpa pasokan besi tua secara rutin, boleh jadi Ispat Indo tak berkembang secepat itu.Pabrik besi itulah yang menjadi pijakan ekspansi bisnis baja Lakshmi Mittal ke seluruh dunia. Selama 13 tahun, pabrik baja itu dikelola dengan sentuhan tangannya secara langsung. Setelah membesarkan perusahaan pertamanya itu, sukses berikutnya datang susul-menyusul. Kini popularitas Lakshmi Mittal jauh meninggalkan Indonesia dan Sidoarjo. Puluhan industri baja berskala internasional yang tersebar di 17 negara kini ada di genggaman tangannya. Ia kini menjadi konglomerat baja terbesar di dunia.Ispat Indo adalah debut Mittal di luar India. Pada 1976, alumnus St. Xavier's College, Calcutta, India, itu membeli pabrik baja tidak sehat, Andra Steel, yang areal pabriknya seluas delapan hektare. Pabrik yang kodisinya kembang-kempis itu kemudian digarapnya menjadi pabrik yang sehat, dengan kapasitas produksi 60.000 ton per tahun. Dalam perkembangannya, performa pabrik itu terus mengalami peningkatan, sehingga kini mampu memproduksi baja 700.000 ton per tahun.Cerita manis Ispat Indo adalah awal yang indah bagi Lakshmi Mittal, yang ketika itu hanya anak kemarin sore dari Calcutta di bisnis baja. Mittal muda, yang bahasa Inggrisnya masih patah-patah, datang bersama istrinya, Usha, yang pada saat itu berusia 26 tahun. Bagi Mittal, pabriknya di Indonesia itu punya sejarah dan arti tersendiri karena merupakan pijakan pertamanya. Pabrik itu pula yang memberi arah hidup dan membuka jalan sukses baginya.Setelah Ispat Indo, semua pabrik baja yang diakuisisinya diberi nama depan "Ispat", yang dalam bahasa India berarti baja. Perusahaan induknya kini bernama Arcelor-Mittal, yang kapasitas produksinya mencapai 14 juta ton per tahun, setara dengan 52 kali kapasitas produksi Krakatau Steel pada saat ini. Ayah dua anak, Aditya Mittal dan Vanisha Mittal, itu berhasil mendirikan dinasti baja kelas dunia. Ayahnya, Mohan Lal Mittal, sebelumnya merintis jalan di bidang ini di India, tapi kurang berhasil.Dari Sidoarjo, Mittal terbang jauh ke Trinidad dan Tobago pada 1994. Di negara kepulauan yang terletak di pantai timur Amerika Tengah itu, ia mengakuisisi perusahaan baja milik pemerintah setempat, Iscoot, yang harganya jatuh, didera kesulitan likuiditas karena salah urus. Seperti biasa, rasionalisasi karyawan menjadi jurus pertamanya. Setelah itu, manajemen dibenahi, produksi dan pemasaran digenjot. Hasilnya, uang mengalir. Semuanya dikerjakan oleh tim yang diterbangkan khusus dari India.Dari Trinidad dan Tobago, hoki Mittal berlanjut. Kali ini, sasaran ekspansinya ke Meksiko. Dengan cadangan pundi-pundinya yang makin melimpah, ia mengakuisisi Sicartsa, perusahaan baja milik pemerintah, yang juga tengah dirundung masalah. Di sinilah Mittal mendapat "jackpot".Pabrik baja dengan teknologi tinggi dan investasi sebesar US$ 2,2 milyar itu jatuh ke tangannya hanya dengan mahar US$ 220 juta. Mittal memanfaatkan situasi perekonomian Meksiko yang sedang kolaps karena booming minyak mereka berakhir pada 1990. Akibatnya, pemerintah membutuhkan dana cash cepat dan memprivatisasi Sicartsa secara tergesa-gesa.Setelah jatuh ke Grup Mittal, perusahaan itu kemudian diberi nama baru, Ispat Mexicana, yang berpusat di Lazaro Cardenas. Belakangan, namanya berubah menjadi Mittal Steel Lazaro Cardenas, yang menjadi tulang punggung produksi baja Kelompok Mittal Steel di seluruh dunia. Produksinya mencapai 6,7 juta ton per tahun. Daftar perusahaan baja yang dibelinya terus bertambah panjang, hingga menyebar ke 17 negara, seperti Meksiko, Kanada, Jerman, Irlandia, Inggris, Amerika Serikat, Kazakstan, dan Polandia.Kini tak ada benua yang absen dari jaringan bisnis Arcelor-Mittal. Lewat kantor pusatnya di London, semua roda bisnisnya di seluruh dunia digerakkan. Arcelor-Mittal adalah nama baru holding company keluarga Mittal, yang semula bernama Ispat International dan Mittal Steel. Di holding baru itu, Lakshmi Mittal duduk sebagai chief executive officer. Nama Arcelor-Mittal didapat setelah Mittal mengakuisisi pabrik baja terbesar di Eropa, Arcelor, yang berlokasi di Luksemburg. Pabrik raksasa ini sebelumnya dimiliki bersama antara Pemerintah Prancis, Belgia, dan Spanyol.Jaringan bisnis keluarga Mittal terbagi dua. Bila di luar India dikendalikan Arcelor-Mittal, yang di India dikelola dua adik laki-lakinya, Pramod Kumara Mittal dan Vinod K. Mittal, dengan nama Global Steel Holdings. Namun holding ini tidak lagi mau bermain di kandang. Ia telah pula menggurita ke Afrika dan Eropa. Dengan jaringan seluas itu, kemenangan Mittal di bisnis baja kini tak terbendung lagi. Majalah Forbes, New York, menempatkan Lakshmi Mittal di peringkat keempat orang terkaya di dunia, dengan hartanya senilai US$ 45 milyar.Selain gelimang dolar, setumpuk apresiasi diraihnya dalam bidang baja dan bisnis. Antara lain Business Person of 2006 dari the Sunday Times, International Newsmaker of the Year 2006 dari majalah Time, dan Person of the Year 2006 dari koran Financial Times. Dari kalangan industri baja, ia mendapat penghargaan bergengsi, Willy Korf Steel Vision Award (1998) dan American Metal Market and PaineWeber's World Steel Dynamics.Ciri utama kelompok bisnis Mittal dalam memperluas jaringannya adalah dengan mengakuisisi pabrik baja lain yang kondisinya tidak cukup bagus atau yang pertumbuhannya mandek. Setelah membeli dengan harga murah, Mittal melakukan penertiban dan mengelola dengan manajemen baru yang sangat disiplin. Di tangan timnya, perusahaan-perusahaan yang sebelumnya bermasalah disehatkan dalam waktu singkat. Dengan ekspansi yang agresif ke seluruh dunia, bisnis Mittal berkembang cepat.Kelompok industri Mittal merambah negara-negara maju dan menguasai pabrik-pabrik terbesar di dunia. Mittal, yang dulu besar di rumah berlantai tanah, kini tinggal di Kensington Palace Gardens di London, kawasan yang dikenal sebagai kompleks jutawan dunia. Ia bertetangga dengan makhluk tajir lainnya, seperti Sultan Hasanal Bolkiah dari Brunei.Layaknya konglomerat dunia, Mittal juga seorang filantropis. Ia mendirikan Yayasan LNM Group untuk memberikan bantuan di bidang pendidikan dan kesehatan bagi orang-orang miskin, terutama di India. Di Aceh, konglomerat ini pernah merogoh kocek US$ 500.000 untuk kemanusiaan setelah tragedi tsunami.Tingginya pohon bisnis Mittal membuat angin makin kencang menerpa. Di berbagai tempat yang disentuhnya, muncul resistensi yang makin tinggi. Pada 2002, Lakshmi Mittal menjadi bahan berita dengan skandal “Garbagegate”. Ini skandal suap ke Perdana Menteri Inggris, Tony Blair. Pada saat itu, Mittal memerintahkan transfer sebesar US$ 2 juta ke rekening Partai Buruh pimpinan Tony Blair. Ini bukan sumbangan kemanusiaan. Kompensasinya, Tony mendorong Pemerintah Rumania agar mengeluarkan kebijakan melepas pabrik baja andalannya, Sidex, kepada Mittal Steel.Skandal itu pertama kali diungkap anggota parlemen Inggris, Adam Price. Senator ini membeberkan copy surat Blair kepada pimpinan Rumania pada saat itu. Kepada pimpinan Rumania, Blair meminta industri baja nasional mereka, Sidex, dilepas ke Mittal's LNM Steel Company, yang ketika itu tengah mengajukan penawaran bersama beberapa peminat lainnya.Kepada Perdana Menteri Rumania ketika itu, Adrian Nastase, Tony Blair memberi sinyal bahwa langkah melepas Sidex kepada Mittal's LNM itu akan makin mendekatkan Rumania sebagai anggota Uni Eropa. Dalam suratnya itu, Tony Blair menyebutkan bahwa Mittal adalah "seorang teman".Di dalam negeri Inggris, skandal itu cukup menghebohkan, meski tak sampai menggulingkan rezim Tony Blair. Mittal Steel pada saat itu adalah perusahaan baja terbesar keempat di dunia dan merupakan saingan utama British Steel di pasar Eropa.Langkah Perdana Menteri Tony Blair itu dianggap menodai nasionalisme. Namun kasus ini akhirnya redup, dan Sidex benar-benar jatuh ke tangan Mittal. Dalam menguasai industri yang dicaploknya, Mittal menggunakan modus yang sama. Dibeli pada saat harga jatuh, diobok-obok agar mitranya yang masih ada di perusahaan itu kelojotan, diambil alih penuh, baru disehatkan.Skema itu biasanya didahului satu hal: lobi tingkat tinggi. Lihat saja Sidex. Sebelum dibeli Mittal dari Pemerintah Rumania, pabrik baja ini mampu berproduksi 5 juta ton per tahun. Denyut nadi pabrik ini menghidupi 150.000 warga kota Galati. Ketika terjadi krisis moneter pada 1990, Sidex rugi 175 juta poundsterling. Namun, menurut perhitungan, total asetnya masih mencapai US$ 1,1 milyar pada saat diakuisisi.Melalui negosiasi intensif selama lebih dari lima bulan, Mittal LNM Holdings mengakuisisi 90% saham Sidex dengan komitmen pembayaran tunai. Namun pada akhirnya Mittal hanya membayar US$ 70 juta. Komitmen menyelamatkan 27.000 karyawan dan menggelontorkan dana segar ternyata tidak sepenuhnya ditepati. Sebanyak 7.400 pekerja Sidex dipecat setelah akuisisi itu. Anehnya, Perdana Menteri Rumania, Calin Popescu Tariceanu, mengatakan bahwa privatisasi Sidex merupakan contoh bagaimana privatisasi bisa mengubah "lubang hitam" menjadi rencana yang menguntungkan.Proses akuisisi oleh kelompok usaha Mittal, tak bisa dimungkiri, kerap menimbulkan efek samping. Di berbagai belahan dunia, gejolak selalu timbul mengiringi masuknya raksasa India ini. Di Afrika Selatan, LNM Holdings membeli perusahaan baja lokal milik pemerintah, Iscor, pada 2001. Namun, dalam proses akuisisinya, terjadi banyak keruwetan. Belakangan, Mittal South Africa diancam penalti US$ 96 juta karena dituding melakukan pengaturan harga (price fixing). Kasusnya kini masih ditangani otoritas setempat.Di Indonesia, jejak Mittal juga dinodai isu miring. Di Surabaya, Ispat Indo mengakuisisi Pabrik Paku Sidoarjo, sehingga menyebabkan gangguan pada bagian hilir, yaitu industri paku. Di sebagian negara, manajemen Mittal menimbulkan benturan budaya. Di Aljazair, industri baja Sider, yang diakuisisi pada 2006, mendapat protes keras dari karyawannya. Pasalnya, Mittal menetapkan libur bagi karyawannya hari Jumat-Sabtu. Padahal, tradisi muslim lokal selama ini memilih Kamis-Jumat sebagai hari libur.Protes dan ancaman mogok menguat setelah Mittal mengumumkan pengurangan 1.200 dari 8.000 karyawannya. Dengan beberapa kejadian yang ada, tak mengherankan jika resistensi terhadap Mittal timbul di mana-mana. Awal bulan ini, Presiden Nigeria, Umaru Yar'Adua, membatalkan penjualan pabrik bajanya, Ajaokuta Steel Company. Presiden Nigeria yang baru itu menggunting komitmen Mittal dengan Presiden Nigeria sebelumnya, Olusegun Obasanjo, karena menduga ada praktek tidak sehat dalam proses akuisisi itu.Pramod Mittal, salah satu saudara Lakshmi Mittal, mengakuisisi pabrik baja yang telah berumur 27 tahun itu melalui bendera The Global Steel Infrastructures Holding Limited (GIHL). Namun pemerintah setempat mencium indikasi bahwa GIHL ternyata tidak menanamkan investasi. Ia hanya meminjam uang US$ 192 juta dari Bank Nigerian, dengan jaminan Ajaokuta Steel itu sendiri. Pihak Mittal juga akan melepas obligasi senilai US$ 3 juta. Selain itu, ada kecurigaan bahwa penguasaan ini akan menyebabkan monopoli dan merusak harga pasar baja Nigeria.Di Indonesia, penolakan serupa juga terjadi. Ketika pemerintah memberi lampu hijau kepada Mittal untuk masuk ke Krakatau Steel (KS), manajemen perusahaan itu langsung menyatakan keberatan. Komisaris Utama KS, Taufiequrachman Ruki, menilai privatisasi KS ke pengusaha India itu mengandung bahaya. Menurut mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi itu, di Rumania, Aljazair, Prancis, dan Nigeria, tempat Mittal masuk dengan cara yang sama, menimbulkan masalah denasionalisasi industri baja mereka dan terjadi gejolak tenaga kerja.Presiden Prancis, Nicholas Sarkozy, kata Ruki, sampai harus mengeluarkan US$ 40 juta untuk menghidupkan kembali pabrik bajanya yang ditutup Mittal di Granrage. Langkah Mittal mengakuisisi sejumlah pabrik baja di dunia, kata dia, berdampak negatif pada buruh dan pertumbuhan ekonomi. Sekitar 3.600 karyawan baja di Rumania mogok karena pemotongan gaji oleh Mittal.Ruki juga mengungkapkan keluh kesah Presiden Aljazair yang pernah diundang direksi dan komisaris KS, tahun lalu. Ruki mengajak semua pihak juga menilai bagaimana rekam jejak pengusaha India itu. "Di Bekasi, investasi mereka bermasalah, bahkan manajer mereka di- DPO (dimasukkan dalam daftar pencarian orang --Red.) oleh Polri," ujarnya.Menurut Ruki, pengusaha India itu bukan ingin memajukan industri baja, melainkan hanya mau mengusai pasar untuk kepentingan pabriknya yang ada di India. Jangan sampai, lanjut Ruki, privatisasi KS bernasib seperti Indosat atau Jakarta Container Terminal, yang justru belakangan disesali. Namun teriakan Ruki agaknya kurang keras, sehingga tak terdengar sampai ke istana. Kamis pekan lalu, Lakshmi Mittal bertandang ke Istana Presiden.Jutawan India itu mempresentasikan rencana pembangunan pabrik baja terintegrasi berkapasitas 5 juta ton per tahun, dan akuisisi KS masuk sebagai salah satu agendanya. Selain itu, Mittal berencana menginvestasikan sebagian kekayaannya untuk menggarap bisnis hulu, bekerja sama dengan PT Aneka Tambang. Keduanya akan menggarap industri tambah bijih besi sebagai bahan baku utama industri metal baja. Beberapa tempat di Kalimantan telah disurvei.Mujib Rahman, dan Nur Kholis Zaein (Surabaya)[Laporan Utama, Gatra Nomor 24 Beredar Kamis, 24 April 2008]